Photo Slide Koor Ama HKBP Pejuang :

Senin, 07 Desember 2009

Di Atas Langit Masih Ada Langit

Liputan ini mau menceritakan tentang keikutsertaan Koor Ama HKBP Pejuang dalam Festival Pesparawi Yamuger II akhir Oktober 2009 yang lalu.

Dengan persiapan yang terbilang cukup lama (lebih kurang 3 bulan) dan dirasa sudah cukup baguslah lagu wajib "Jangan Kuatir" karya Gorga dan "Aku Berseru Ya Tuhan Dengarlah" karya G.Saumokil dibawakan. Dengan penuh kepercayaan diri, berangkatlah Koor Ama HKBP Pejuang dipimpin oleh Amang Jimmy Situmorang sebagai Dirigent Koor ke ajang Festival yang dilaksanakan di Gereja HKBP Kramat Jati.

Seragam baru dengan corak batik berwarna Merah Maroon menjadi pilihan panitia pengadaan seragam Koor Ama HKBP Pejuang untuk tampil dalam festival paduan suara kali ini. Seragam yang semula diprotes oleh sebagian anggota paduan suara karena dianggap terlalu sederhana dan rasanya kurang pantas dipakai dalam ajang festival dengan alasan karena "lengan pendek", namun akhirnya jadi disukai waktu melihat hasil foto ternyata wajah2 anggota Koor Ama HKBP Pejuang jadi kelihatan lebih segar dan muda dengan memakai seragam ini.

Tibalah saat tampil dalam Festival. Mendapat nomor undian 4 dari 20 peserta yang ikut Festival, Koor Ama HKBP Pejuang tammpil dengan begitu percaya diri (menurut pengakuan sebagaian anggota) namun kelihatan tegang (menurut penilaian jemaat HKBP Pejuang yang ikut menyaksikan saat festival). Selesai menunaikan tugas dan keluar dari arena festival, para anggota Koor Ama HKBP Pejuang saling bersalaman mengucapkan selamat, karena sudah tampil dengan maksimal. "Saya rasa inilah puncak penampilan kita, lebih bagus dari semua penampilan saat latihan dan tryout di gereja" kata Amang Tamba personil Bas 1. Dirijent (Amang Jimmy Situmorang) juga mengiyakan pendapat Amang Tamba tersebut.

Saat duduk2 disisi barat Gereja sambil menunggu penampilan peserta yang lain selesai dilaksanakan, begitu banyaknya issue2 dan rumor yang mampir ke tempat anggota Koor Ama HKBP Pejuang duduk2 tersebut. Isue dan rumor yang sebagain besar dibawa oleh jemaat HKBP Pejuang yang menyaksikan acara Festival itu. Ada yang bilang "wah... bagus bangat tadi suara padaun suara Gereja Katolik yang pakai Jubah Hitam itu, tapi sayang mereka bawa teks lagunya saat tampil. Dengar2 sih menurut orang dekatnya juri mereka akan di-diskualifikasi lho...", ada juga yang bilang : "lumayan lah, penampilan Koor Ama HKBP Pejuang, cuma agak tegang sedikit".

Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu oleh seluruh peserta Festival dan para supporternya yaitu pengumuman hasil festival pesparawi Yamuger II. Seperti kata Pepatah "Di Atas Langit Masih Ada Langit"....yang berarti di atas yang baik masih ada yang lebih baik lagi. Koor Ama HKBP Pejuang yang selama latihan dan Tryout mendapat penilaian yang sangat baik dari Jemaat HKBP Pejuang maupun Gereja yang pernah dikunjungi saat persiapan menuju festival, hanya mendapat tingkat "Medali Perunggu" ke 4 dari 6 peserta yang berada dalam kelompok perunggu. Juara 1 berhasil di raih oleh Mannen Koor HKBP Rawamangun, mereka berhasil meraih point tertinggi dan berhak menyandang predikat "medali emas" dan hanya 2 peserta yang berhasil mendapat penilaian "medali emas" dari juri.

Walau demikian, Koor Ama HKBP Pejuang tetap semangat. Pelayanan di gereja jalan terus, meski sempat satu kali jadwal latihan sangat sedikit anggota yang hadir. Ada pelajaran yang dapat kita petik dengan mengikuti Festival ini. Ternyata kualitas menyanyi kita yang sudah kita anggap baik selama ini, masih perlu ditingkatkan lagi. Bagaimana caranya? Satu cara sederhana mungkin dimulai dengan latihan yang disiplin lagi, baik dalam waktu, kehadiran maupun cara bernyanyi yang benar. Karena selama ini latihan rutin sebelum pelayanan rutin di Kebaktian Minggu, kesannya kita kurang serius, dan kesalahan dalam menyanyi sesuai pertitur koor sering dibiarkan. Satu Lagi, tambah satu lagi seragam Koor Ama HKBP Pejuang. Selamat... (ETS)


Foto - Foto Lainnya :

Rabu, 04 November 2009

Tuhan itu Benar-Benar Ada

Sumber : Artikel di www.kaskus.us

Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya.
Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat. Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.

Si tukang cukur bilang,"Saya tidak percaya Tuhan itu ada". "Kenapa kamu berkata begitu ???" timpal si konsumen. "Begini, coba Anda perhatikan di depan sana , di jalanan... untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada. Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, Adakah yang sakit??, Adakah anak terlantar?? Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi."

Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat. Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.

Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar (Gimbal seperti keritingny Mbah Surip Alm....He.. He..), kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.

Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata, "Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR."
Si tukang cukur tidak terima," Kamu kok bisa bilang begitu ??". "Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!"

"Tidak!" elak si konsumen.
"Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana ", si konsumen menambahkan.

"Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!", sanggah si tukang cukur.
" Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya", jawab si tukang cukur membela diri.

"Cocok!" kata si konsumen menyetujui. "Itulah point utama-nya!.
Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !
Tapi apa yang terjadi... orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK
MAU MENCARI-NYA.
Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini."

Si tukang cukur terbengong !!! (ETS)

Minggu, 28 Juni 2009

Jangan Kuatir (Pos Ma Roham)

Oleh : Efrael T. H. Sitohang (tenor 1)

"Pos Ma Roha Muna" (jangan kuatir) kata ini kembali terdengar dan terucap dari bibir Ibundaku yang sudah terlihat mulai keriput. Kata yang selalu dan selalu menguatkan kami anak2-nya dikala kami merasa kuatir terhadap sesuatu keadaan. Dan kata itu terdengar lagi saat keluarga kami diperhadapkan dengan kerjaan besar mempersiapkan pesta pernikahan Abangku yang sudah lama kami nanti2 kan. Proses mempersiapkan acara pesta yang begitu cepat membuat rasa kuatir itu memuncak, bagaimana mungkin bisa. Pesta adat batak yang sudah jamak terjadi selalu menyedot pikiran, tenaga dan biaya yang cukup besar harus bisa terlaksana???

"Bisa, kenapa tidak... Pos ma roma Muna (jangan kuatir), masa kalian masih meragukan kuasa-Nya. Tiga kali sudah acara ini kita laksanakan dengan kondisi dan keadaan yang sama. Bahen hamu partisipasi sian tulus ni rohamuna (berikan patisipasi dengan setulus hati), sisanya kita doakan dan serahkan kepada Tuhan, biar Dia yang menyempurnakan." kata Bundaku. Terdengar klise memang... tapi kalau dilihat lagi ke belakang dan direnungkan lagi dengan sepenuh hati... benar juga ya. Apalah kekuatan seorang Ibu yan sudah menjanda begitu lama dan disokong oleh anak2 yang tidak hebat2 amat profesinya.... tapi ternyata bisa melaksanakan apa yang dianggap oleh anak2-nya yang kurang iman ini sangat berat untuk dilaksanakan. "Dang adong na so tarpatupa Debata (tiada yang mustahil bagi Tuhan)" kata Beliau lebih menguatkan kami.

Dua tahap prosesi acara menjelang pesta pernikahan Abangku sudah terlaksana.. tinggal dua tahap lagi (martuppol/ikat janji dan pemberkatan nikah)... tetapi dengan keyakinan Bundaku... dan doa beliau... dan kamipun anak2-nya turut mendukung dalam doa2 kami... kerjaan besar ini pasti dapat terlaksana (walaupun masih ada rasa kuatir itu secuil dalam hati ... tapi melihat wajah Bundaku yang berbinar dan senang... rasa kuatir itu bisa hilang).

Sebagai appreasiasi terhadap Bundaku dan para Orangtua-Orangtua kami sekalian yang selalu menguatkan dan memberi keyakinan bagi aku dan kami yang muda2 dan masih hijau ini (ditambah untuk lebih paposhhon roha/menghalau rasa kuatir ku dan para saudara-2 ku), dalam latihan koor Ama HKBP Pejuang Jumat 26 Juni 2009 saat menyampaikan "undangan partumpolon" secara resmi kepada Punguan Koor Ama HKBP Pejuang, lagu "Jangan Kuatir" karya Drs. Bonar Gultom (GORGA) kurequest kepada guru koor kami dan seluruh anggota punguan koor Ama HKBP Pejuang untuk dapat dinyanyikan dalam acara Ibadah Partummpolon Abangku di hari Sabtu tanggal 4 Juli 2009 yang akan datang. Dan request-ku disambut antusias guru koor kami Amang Ninggor Pardede dan seluruh anggota koor Ama HKBP Pejuang yang hadir latihan malam itu (Mauliate Godang tu angka donganku Koor Ama HKBP Pejuang / terimah kasih banyak buat sahabat2-ku Koor Ama HKBP Pejuang).

Sebagai patujolo/prolog dan supaya lebih menhayati makna dalam lagu "Jangan Kuatir", disini aku tuliskan syair lagunya :

Jangan Kuatir

Siapakah di antara kamu, yang karna rasa kuatirnya
Dapat menambahkan, satu hasta saja, kepada jalan hidupnya

Ya... siapakah diantara kamu, yang karna rasa kuatirnya
dapat menambahkan, satu hasta saja, kepada jalan hidupnya

Dan jika engkau taiada daya, mencipta hal paling kecil
mengapa kah engkau kuatir, Ya.. mengapa kuatir perkara yang besar
mengapa kuatir, perkara yang besar

Lihatlah burung gagak kecil, tiada menabur, tiada menuai
tidak juga mengumpulkan bekal di dalam lumbung untuk hari esok
tetapi dia tak kurang suatu apa, diberi makan Bapa mu yang di sorga
tetapi dia tak kurang suatu apapun, diberi makan Bapa mu yang Akbar

Pandanglah bunga bakung di lembah, tiada bertenun tiada memintal
bunga bakung yang putih dan bersih, tiada bertenun tiada memintal
tetapi dia ternyata lebih indah, dari Salomo dalam kemegahannya
tetapi dia ternyata lebih indah pun dari Salomo Raja yang besar

Dan jika Tuhan Allah, mendandani rumput di ladang
dan memberi makan makhluk yang kecil, memberi makan ciptaanya yan kecil

tidak kah Dia kan terlebih lagi, memberi padamu sgala yang perlu
memberi kebutuhanmu, wahai orang yang kurang percaya

Jangan kuatir, janganlah ragu
karena Tuhan mu sayang padamu
Ya... karena Tuhan mu kasih kepadamu

Kamis, 11 Juni 2009

Sonang Ma Modom Ho Namartua (Tidurlah Dengan Tenang Engkau yang Diberkati)

Menari di atas awan... demikian sebait sajak dituliskan oleh Amang Jimmy Situmorang (Personil Tenor 2 Ama Koor HKBP Pejuang) di wall facebooknya sehari menjelang hari peringatan kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke Sorga. Tepat pada hari kenaikan Tuhan Yesus Kristus tanggal 20 Mey 2009 pukul 05.30 WIB Bapak terkasihnya (Op. Samantha Doli Situmorang) dipanggil Tuhan ke hadapannya. Baru kemudian disadari oleh Amang Jimmy Situmorang, sebait tulisan di dinding facebook-nya adalah suatu firasat bahwa Bapak terkasihnya akan dipanggil Tuhan ke hadapan-Nya meninggalkan dunia yang fana ini, meninggalkan pinomparnya (anak2, keluaga dan keturunnya) yang dikasihinya.

Sedih yang teramat dalam dirasakan oleh Amang Jimmy Situmorang mendengar kabar berita itu. Beliau ditelepon oleh Abangnya dari kampung (Tarutung) saat menunggu kereta pulang dari kanor menuju ke rumah. Sampai di rumah, beliau memberitahu kabar duka ini kepada istrinya dan seluruh keluarga yang ada di Jakarta. Malam harinya, oleh seluruh Hula2-nya (Keluarga dari istrinya), teman2 parsahutaonnya (sekomplek perumahannya), teman2 dari koor ama-nya, diadakan acara doa untuk mendoakan keberangkatan Amang Jimmy Situmorang, Istri dan keluarganya ke Tarutung untuk menghadiri dan melaksanakan acara adat pemakaman Bapak terkasihnya.

Op. Samntha Doli Situmorang meninggal dalam Usia 76 Tahun, meninggalkan 7 orang anak (6 laki2 dan 1 perempuan); 7 orang menantu (6 parumaen dan 1 Hela); dan 13 orang cucu. 7 tahun yang lalu sang Istri tercinta (Op. Samantha boru Br. Siregar) telah lebih dahulu dipanggil Tuhan ke hadapan-Nya dan 7 tahun pulalah lamanya Op. Samantha Doli Situmorang hidup sendiri sebagai Bapak; oppung bagi keturunnya. Pekerjaan terakhir Op. Samantha Doli Situmorang ini adalah sebagai Camat di Balige. Beliau adalah seorang yang sangat aktif dalam kegiatan2 Gereja dan kemasyarakatan sehingga banyak orang yang sangat terkesan dan sayang kepadanya (banyak sahabatnya). Hobby Catur, dan beliau terkena serangan jantung ketika sedang bermain catur bersama-sama sahabatnya di Tarutung.

"Bapak-ku adalah seorang yang sangat baik" demikian kata Amang Jimmy Situmorang saat mengucapkan terima ksaih ketika Koor Ama HKBP Pejuang datang ke rumahnya memberikan kata2 penghiburan. "Ribuan orang yang datang saat acara adat pemakamannya". Hal ini pun diaminkan oleh seluruh anggota koor ama HKBP Pejuang yang hadir dalam acara penghiburan di rumah Amang Jimmy Situmorang berdasarkan kesan2 yang didapatkan saat Op. Samantha Doli Situmorang berkunjung ke HKBP Pejuang.

Saur Matua.. ya... Op. Samantha Doli Situmorang telah berhasil menyandang predikat itu saat hidupnya. Suatu predikat adat yang paling diidamkan oleh orang tua dalam adat Batak. Dan acara adat saur matua dilaksanakan saat mengantarkan Op. Samantha Doli Situmorang ke Tambak (tempat peristirahatan terakhirnya di dunia) di Samosir.

Segenap Punguan koor ama HKBP Pejuang mengucapkan Turut Berduka Cita yang sedalamnya atas meninggalnya Bapak terkasih Amang jimmy Situmorang. Tetaplah tabah dan Bangga sebagai anak dari seorang Bapak yang penuh kasih. Lanjutkan terus hal2 baik yang telah ditanamkan oleh Amang (Op. Samantha Doli Situmorang) selama hidupnya. (ETS)

Kamis, 21 Mei 2009

Nada Dasar Na Patimbo hu... (Nada Dasar Yg Ketinggian)

"Tak ada gading yang tak retak"... demikian kata pepatah mengatakan yang berarti tak ada satupun yang sempurna baik itu orang maupun suatu organisasi di muka bumi ini. Demikian juga Koor Ama HKBP Pejuang, kelompok paduan suara yang digadang-gadang sebagai kelompok paduan suara yang paling baik (pernyataan ina par ari kamis) diantara kelompok paduan suara (baik kategorial maupun wijk) yang selalu melayani dalam kebaktian2 minggu Gereja HKBP Pejuang.

Dalam kebaktian minggu 17 Mei 2009, Koor Ama HKBP Pejuang salah dalam membawakan lagu koor pujiannya. Lagu pujian koor "Sai Burju Ma ho" Dua kali... ya dua kali salah..., hampir seluruh ruas tersenyum simpul bahkan ada pula yang tertawa mendengar kesalahan lagu koor Ama HKBP Pejuang. Untung pada tarikan ton (nada dasar) yang ke-3 lagu ini dapat dinyanyikan walaupun sangat jauh dari sempurna, mungkin sebagian anggota koor ama sudah dihinggapi perasaan malu, grogi atau apalah. Yang pasti setelah duduk kembali sehabis membawakan lagu koor pujiannya, sesama anggota koor ama saling bertanya.. kenapa bisa salah, siapa yang salah.. apakah guru yang salah, suara tenor 1 kah yang ketinggian menarik tonnya???

Selepas acara kebaktian minggu, di luar gereja sambil menyeruput kopi dan teh hangat yang dihidangkan Inang Ny. Manullang br. Marbun, koor ama HKBP Pejuang membahasa hal itu. "Ai boasa boi gabe songon i endenta nangkin?" (koq bisa gitu sih lagu kita tadi?) kata ama yang satu, "gabe maila iba" kata ama yang satunya. Ketua punguan parompuan HKBP Pejuang (Ny. Tampubolon br. Saragih) datang memberi semangat... "Aduh.. sedih perasaanku dengar koor ama salah nyanyi..., soalnya selalu penampilan kalian yang terbaik selama ini". Untung guru/diregentkoor ama HKBP Pejuang datang menengahi "Au do na salah aanarik ton, patimbohu hutarik nangkin" (aku yang salah menarik nada dasar, ketinggian kutarik tadi" katanya.

Tapi ada sisi baiknya yang diambil dari Kesalahan ini. Koor Ama HKBP Pejuang dapat menyadari bahwa belakangan ini latihan yang dilakukan kurang maksimal. Kegiatan latihan lebih banyak diisi dengan "manghata-hatai" (ngobrol-ngobrol), jam mulai latihan yang selalu molor (jadwal masuk jam 20.00 WIb molor sampai 21.30 WIB). Dan dengan ada kesalahan ini, Koor Ama HKBP Pejuang berkomitmen agar menambah kualitas latihan2 berikutnta. Semoga... (ETS)

Senin, 20 April 2009

Sekali Coba Langsung Ketagihan

Gereja HKBP Pejuang Jumat 10 April 2009

Perayaan Jumat Agung tahun ini dirayakan oleh Seksi/Koor Ama HKBP Pejuang dengan menggelar acara "Manggallang Kung." (makan kung/RW). Seperti biasa jika menggelar acara makan2 bersama pasti tanpa perencanaan alias spontanitas. Selesai kebaktian Jumat Agung (yang dilanjut dengan acara Perjamuan Kudus) sembari ngopi2 di halaman gereja HKBP Pejuang ide "Manggallang Kung" datang dari "tetua2" (generasi yang lebih tua) nya koor ama HKBP Pejuang. "Bagaimana kalau nanti malam makan Kung/RW kita sembari latihan koor" begitu pancingan pertanyaan yang dilempar oleh tetua2 koor ama HKBP Pejuang, kebetulan juga Jumat malam adalah jadwal latihan rutin Punguan Koor Ama HKBP Pejuang. Piring pun diletakkan di atas meja dan masing2 anggota koor ama HKBP Pejuang merogoh kantongnya untuk urunan biaya "Manggallang Kung" malam harinya. Dana terkumpul, dilanjut dengan penentuan tempat pemesanan loppan/tambul/lauk-pauk.

Acara hampir gagal karena waktu yang terlalu mepet, tempat pemesanan biasanya adalah di Lapo salah seorang anggota koor Ama HKBP Pejuang yang juga adalah seorang Sintua di HKBP Pejuang. Amang Sintua itu sedang sibuk dalam konsistori menghitung uang persembahan Kebaktian Jumat Agung, takut mengganggu konsentrasinya kalau diganggu.

Untung ada Amang Siburian (salah seorang anggota koor ama HKBP Pejuang yang baru beberapa bulan bergabung dengan punguan koor ama). Sebelumnya beliau dengan beberapa sahabatnya di Wijk 6 dan Wijk 7 sudah berencana menggelar acara serupa (manggallang kung) di kediamannya. Mendengar kasak-kusuk anggota koor ama yang lain mencari siapa yang bisa menyediakan daging kung buat acara malam harinya, beliau menyela "Aku bisa memasak, asal ada dananya". Harapan kembali muncul, guru koor ama HKBP Pejuang Amang Ninggor Pardede dengan semangatnya menjawab sembari menyampaikan dana yang sudah dikumpulkan di piring "Dananya ada Lae, sudah dikumpulkan tadi".

Akhirnya acara "manggallang kung" itu jadi juga digelar. Latihan koor dipercepat mulainya, yang biasanya dimulai pukul 21.00 agak dimajukan 30 menit supaya agak panjang waktu yang tersedia manggallang kung itu. Menjelang ditutupnya latihan koor masuk sms dari Amang Siburian diterima salah seorang anggota koor ama yang mengabarkan mereka sudah dalam perjalanan menuju gereja sambil membawa "Kung Rica2" yang dimasaknya. Makin semangat aja anggota koor ama untuk segera keluar ruang gereja. Tepat pukul 22.00 WIB acara makan Kung Rica2 bersama dimulai dan dibuka dengan doa makan yang dibawakan oleh Sekretaris Huria/guru koor 2 St. B.L.Tambunan.


Surprise... dirasakan oleh hampir semua anggota koor ama yang ikut makan Kung Rica2 malam itu (ternyata tidak semua anggota koor ama yang doyan makan daging kung.... ada yang tidak ikut makan karena ingat anjing/kungnya di rumah). Benar2 nikmat dan lain dari daging kung yang biasanya disantap dalam acara2 spontanitas makan bersama sebelum2nya. Komentar dan pujian dilantunkan sembari menyantap makanan, "Tabo nai bah" (enak kali pun); "Pas kali seperti RW Rica2 Manado", "Apa aja bumbunya ini Lae Siburian". Amang Siburian senyum2 saja melihat tingkah pola punguan koor Ama HKBP pejuang menikmati Kung Rica2 bikinannya. Selesai makan, beliau menceritakan bahwa Kung Rica2 adalah hasil karyanya bersama Amang H. Silitonga (seorang Ama yang berdomisili di Wijk 6, namun belum bergabung sengan punguan koor Ama HKBP Pejuang). Beliau mengatakan bahwa Amang H. Silitonga lah yang mengajari dia meramu masakan Kung Rica2 itu. Kebetulan Amang H. Silitonga hadir dalam acara malam itu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Ketua punguan Koor Ama HKBP Pejuang (Ir. K. Situmorang) mengajak supaya Amang H. Silitonga mau bergabung dengan Punguan Koor Ama HKBP Pejuang. Namun sayang, Amang H. Silitonga belum dapat turut bergabung menjadi anggota koor Ama HKBP Pejuang dan berjanji suatu saat yang tepat nanti beliau akan datang bergabung menjadi anggota koor ama.

Pengaruh kelejatan Kung Rica2 itu rupanya masih terus nempel di lidah beberapa anggota koor ama HKBP Pejuang. Hari Minggu 19 April 2009 selepas acara kebaktian minggu, ada yang memancing lagi supaya acara makan kung rica2 digelar kembali. "Tabaen ma muse bah acara manggallang kung rica2 i, ketagihan iba poang" (kita bikin kagi lah acara makan kung rica2 itu, jadi ketagihan awak) kata salah seorang anggota koor ama. Namun karena pada sibuk dan ada jadwal arisan marga, acara lanjutan itu ditunda.

Sabar ma hita ate.... waktu yang tepat mangallang Kung Rica2 akan datang lagi.. Chev-nya (juru masaknya) kan sudah jadi anggota koor ama. (ETS)

Senin, 06 April 2009

Passion of Christ

Oleh : Efrael Sitohang (Tenor 1)

Tiga malam menjelang Jumat Agung (tanggal 10 April 2009) yaitu senin, selasa dan kamis malam, diadakan partangiangan (kebaktian) passion di gereja kami HKBP Pejuang. Selama ini saya pribadi kurang atau mungkin tidak ambil pusing dengan arti dari "partangiangan" ini. Ya pokoknya partangiangan passion lah, sudah itunya namanya dikasi/diatur dari kantor pusat HKBP di Pearaja Tarutung, begitulah tanggapan saya selama ini.

Kira2 enam (6) tahun yang lalu Mel Gibson membuat sebuah film berjudul "Passion of Christ", sebuah film yang sangat "sadistis", menggambarkan penderitaan Tuhan Yesus Kristus sebelum, menjelang dan saat disalibkan di bukit tengkorak "GOLGATA". Banyak media koran dan majalah tanah air yang mengulas film ini. Dalam salah satu ulasan sebuah majalah terkenal, saya lupa namanya, diungkapkan bahwa sang sutradara film ini Mel Gibson bersama timnya melakukan studi yang cukup lama dan panjang langsung kepada sumber dan daerah asal cerita alkitab Tanah Israel. Mel Gibson ingin mebuat sebuah Filem yang menggambarkan secara nyata/mendekati 99% bagaimana penderitaan yang dialami Tuhan Yesus Kristus saat itu. Bagaimana model cambuk berduri yang dihantamkan tentara romawi ke punggung Yesus Kristus, yang mencabik-cabik kulit dan daging punggung Yesus Kristus saat cambuk itu ditarik. Dalam ulasan majalah itu juga diceritakan bahwa cambuk itu benar2 kuat. Jika dicambukkan ke atas papan/kayu, duri-duri dari cambuk itu akan menempel/menancap pada kayu/papan tersebut. Dan saat cambuk itu ditarik, maka pada duri2-nya akan ikut menempel cabikan kayu2 bekas tempat menempelya duri2 cambuk itu. Dengan gamblang dan benar2 mendekati 99% seperti cambuk yang dipakai oleh tentara romawi saat itu.

Itu baru cerita mengenai cambuk, belum lagi tentang siksaan demi siksaan yang dialami dan diterima oleh Yesus Kristus saat menyusuri "Jalan Sengsara" (Via Dolorosa)", Dia dipukul, ditinju, ditendang, dipentung, diludahi, bukan oleh satu orang, tapi banyak orang saat itu. Benar2 sakit dan menderita. Semua itu ditanggunggnya hanya untuk menebus dosa kita manusia ciptaan-Nya yang dicintai-Nya. Film ini benar dapat men-fisualisasikan dengan nyata tentang penderitaan Kristus Tuhan.

Terus terang, oleh film ini saya dimelekkan, tentang makna partangian passion itu, tentang ayat dalam Bibel yang mencertiakan tentang penderitaan dan pengorbanan Tuhan Yesus Kristus. Begitu besar pengorbanan Tuhan Yesus Kristus, bagiku dan bagi seluruh umat manusia. Begitu sakit; begitu perih luka2 ditubuh-Nya, wajah-Nya, kaki-Nya, Kepala-Nya; habis dara-Nya tertumpah untuk menebus aku si pendosa besar ini.

Terima kasih Tuhan untuk karya Pengorbanan-Mu. Terima kasih juga untuk orang dan karya2 seni mereka, yang Engkau pakai untuk membuat aku memahami begitu besar pengorbananmu untuk menebus aku dari belenggu dosaku.